Selasa, 23 Februari 2016

Do'a Ku, Ya Allah Izinkan Aku Tetap Berada di Tarbiyah Ini

Aku tahu tarbiyah bukanlah jaminan untuk memperoleh JannahMu, tapi bukankah dengan tarbiyah aku mempunyai kesempatan lebih untuk memperoleh janahMu??? Tak terhitung berapa kali aku menghadiri lingkaran kecil itu, ada perasaan bahagia, rindu, sedih atau bahkan kesal. Bahagia karena aku mendapatkan ilmu lebih dan ibadahku lebih terpantau. Rindu karena mereka bukan siapa-siapaku, tetapi mereka akan selalu menjadi orang pertama yang meneguhkanku ketika aku terpuruk. Sedih karena adakalanya sesekali aku harus berpisah dengan mereka untuk memaknai kata ukhuwah. Dan kesal karena aku sering diatur dan waktuku banyak tersita.

Tarbiyah…apakah sudah menempaku menjadi orang-orang seperti dalam madrasah Nabi?? Jika tarbiyah adalah salah satu pintu kesempatan menuju janahNya, apakah aku sudah memanfaatkan kesempatan itu dengan baik? Atau jangan-jangan aku adalah salah satu orang yang merugi.

Ya Allah…Seringkali aku mengecewakan seorang insan yang rela meluangkan waktunya untukku, seseorang yang kupanggil murobbi. “Mbak afwan, ana tidak bisa liqo karena disuruh pulang.” Pernah suatu kali aku tak berangkat liqo dan aku mencari alasan untuk izin pada murobbi, mengatakan tidak bisa datang taklimat karena tugas kuliah menumpuk, besok ada mid ataupun alasan-alasan yang lain. Padahal aku tahu ikhtiar berbanding lurus dengan doa. Dan aku hafal diluar kepala “Barang siapa yang menolong agama Allah maka ia akan ditolong oleh Allah.” Mengapa kadang aku mementingkan duniaku daripada akhiratku? Apakah yang kudapatkan selama ini belum juga melembutkan hatiku? Lalu bagaimana dengan keberkahan Allah, Apakah pintu syurga itu masih terbuka untukku.

Demi Masa….Aku sering telat berangkat liqo bahkan bisa dihitung dengan jari berapa kali aku tidak telat. Aku sering menyepelekan ketidakindibathankku, padahal aku tahu waktu itu adalah pedang yang kapan saja jika Allah berkehendak, pedang itu akan membunuhku. Belum lagi kemaksiatan-kemaksiatan lain yang kuperbuat, zina mata, zina mulut, zina telinga, zina tangan, zina kaki dan yang lebih parah zina hati. Aku bisa sempurna menjalankan amanah dakwahku tapi bagaimanakah dengan ruhiyahku? Bagaimanakah dengan kondisi hatiku? Di luar aku adalah salah satu akhwat yang sering dielu-elukan karena profesionalitas amanahku tapi bagaimanakah pandangan adik-adikku di kos. Lalu jika mereka sinis memandangku, Bagaimanakah pandangan Allah kepadaku?

Ya Rabbi … sebenarnya aku takut tapi bukankah cinta itu fitrah. Toh apa yang kulakukan tidak melampaui batas. Aku tahu jika aku melakukan sesuatu hatiku berdebar-debar tidak tenang, cemas dan takut adalah kemaksiatan namun mengapa hatiku tak bisa mengendalikan apa yang kuperbuat. Aku seolah-olah larut, menikmati yang kuperbuat, bahkan membenarkan apa yang kuperbuat. Apa yang terjadi denganku? Apakah memang hati ini benar-benar sudah mati? Lalu masihkah engkau mengabulkan permohonanku sementara aku seenaknya membuat Mu cemburu.

Tentang ukhuwah…barangkali aku adalah salah satu orang yang belum bisa memberikan hak-hak ukhuwah pada saudaraku. Aku sering pura-pura tidak tahu jika saudaraku sedang kesulitan, bahkan hanya sekedar mengucapkan ‘barakallah’ kadang aku tak sempat. Apalagi mendoakannya. Padahal aku tahu orang-orang yang berdiri di menara cahaya dalam salah satu ruang di syurga yang membuat iri nabi dan sahabat adalah ia yang selalu mengatakan “aku mencintaimu karena Allah.” Barangkali mengapa aku tak bisa DF, membina dengan baik adalah bagian dari ketidakpandaianku mengeja kata ukhuwah dan kekotoran hatiku.

Ya Ghofur… ampuni kesalahanku. bimbing dan tuntunlah aku untuk tetap berada di tarbiyah ini. Jangan biarkan aku terjatuh karena aku masih membutuhkan mereka untuk menyempurnakan ibadahku. Lembutkan hatiku, jadikan aku orang-orang yang lebih dikenal oleh penduduk langit.

Bismillah…mulai hari ini aku akan berubah menjadi lebih baik untuk mendapatkan janahMu. (shifaqolbi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar