tag:blogger.com,1999:blog-25164741570682439722024-03-13T23:18:59.587-07:00DPC PKS SumowonoAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/07380552990473048102noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-7186502665995391912016-03-03T15:14:00.000-08:002016-03-03T15:14:03.330-08:00Tipisnya Ragaku, Terbentang Luas Jiwaku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-1fy4ueT2t7c/VtjEtGPahTI/AAAAAAAAGhQ/pRWsBzPzwqA/s1600/banyak-yang-hilang-dari-diri-kita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-1fy4ueT2t7c/VtjEtGPahTI/AAAAAAAAGhQ/pRWsBzPzwqA/s1600/banyak-yang-hilang-dari-diri-kita.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliaannya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidakberdayaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuasaannya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatannya. (Ibnu ‘Athaillah)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Detak irama hidup manusia terus mengalun. Tiap putaran waktu, tiap tindak dan laku, tiap deruan suaramu. Pernahkah kita menilik sedikit ke belakang, apa yang telah kita tanggalkan? Atau kita terlanjur kagum dengan apa yang kita sulam di hari ini? Raga manusia itu sungguh tipis. Air mata, degup jantung, kedipan mata, lantunan semangat. Semua itu memiliki keterbatasan. Akan tiba saatnya ketika mata terkatup hingga tertutup. Karenanya kita sebagai manusia biasa tidak dapat hidup tanpa ada sumber yang abadi. Ya.. sumber abadi itu hanya bisa kita dapatkan dari Illahi Yang Maha Tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jangan engkau kira itu mudah serta murah. Untuk mendapatkan kekuatan dari Rabb semesta alam sungguh tidak gampang. Harus ditebus dengan harga yang sangat mahal. Menguras segala pengorbanan dan perjuangan yang diiringi dengan segala risiko dan beban. Sudikah kiranya engkau menggenggam erat tawaran itu, wahai saudaraku?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah tidak pernah berjanji pada manusia bahwa kita tidak akan merasakan pahit, getir, sakit, terluka, lemah dan hina. Setiap dari diri kita pasti akan merasakannya, walau itu hanya satu bagian rasa dari derita. Tapi ingatlah, Allah menawarkan pada kita kekuatan, kemuliaan, kesehatan dan kebahagiaan. Tergantung pada diri kita menerima atau tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tinggalkanlah kebisingan dunia sejenak. Sentuhlah nuranimu yang terdalam. Tanyakan pada hatimu. Dan raihlah kesadaranmu. Mereka akan sepakat mengenai satu kata, manusia itu makhluk yang “lemah”. Kita tidak akan bisa memungkiri bahwa kita membutuhkan Allah. Dalam segala hal. Di setiap ucap kata, di setiap langkah kita. Manusia itu makhluk yang lemah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu tipis raga ini. Begitu lemah diri ini. Begitu terbatas yang kita miliki. Tapi sungguh sombong manusia yang berjalan di bumi. Tidak sadar bahwa kita hanyalah pengemis dan pengutang. Seluruh jiwa, raga, harta dan yang kita punya hanyalah pinjaman semata. Namun, manusia tidak menjaga ketawazunannya, tidak memenuhi hak dan kewajibannya, dan tidak rela saat Yang Punya memintanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu Ibnu ‘Athaillah berkata “Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kemuliaannya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidakberdayaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuasaannya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatannya.” Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Dengan segala kelemahan, kehinaan dan kekhilafan manusia, Dia masih menebarkan kasih dan kemurahannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Raih dan genggamlah erat janji Allah. Kita harus berlomba-lomba untuk mendapatkan kedudukan yang terbaik di hadapan-Nya. Agar kita mampu menjadi manusia-manusia yang teristimewa. Sehingga kita akan menuai pinjaman-pinjaman yang terbaik dari-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan keadilan Allah itu sungguh nyata. Ketika raga memiliki batas-batasnya, masih ada satu sisi abadi yang mengiringi. Ya.. jiwa kita. Jiwa manusia adalah sesuatu yang kekal selama Allah menghendakinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jiwa manusia itu sungguh misteri dunia. Tak ada kata yang sanggup meluapkannya. Tak ada warna yang mampu melukiskannya. Bahkan kita sendiri belum tentu mengenal jiwa kita. Terkadang tak tahu apa yang diinginkan, apa yang diimpikan, apa tujuan yang sekarang telah ada di jalur kebenaran. Namun jiwa itu lebih luas dari langit. Karena itu untuk mengerti jiwa dan diri sendiri itu lebih sulit dan lebih halus dari pada mengenali musuh, begitu ungkap ulama terkenal Sahal bin Abdillah. Benarlah jika kita sering merasa bangga dan takjub dengan setitik hal yang kita lakukan. Seolah-olah kita tak pernah menanam salah. Malu untuk berkaca pada masa lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jiwa adalah mutiara yang tertanam begitu dalam di balik raga. Hal ini membuat kita sulit mengenali jiwa kita sendiri. Terkadang kita sibuk mencerca orang namun lupa dengan apa yang telah kita tanam. Jangan berpikir untuk lari atau pun sembunyi. Kita menanam maka, kita yang akan menuai. Setiap kealpaan kita, akan mendapat balasannya. Karenanya jangan suka menyibukkan diri dengan kekurangan orang lain. Bermuhasabahlah pada diri sendiri. Jangan malu berkaca pada masa lalu. Jadikan itu sebagai pelajaran jika meninggalkan luka. Dan jangan puas atas setiap kebaikan yang meninggalkan bahagia. Teruslah berlari meraih apa yang abadi. Jangan terlena dengan dunia yang fana.</div>
<div class="insert-post-ads" style="clear: both; float: left; margin: 0pt 0pt 20px; text-align: justify; width: 100%;">
<div style="margin-left: auto; margin-right: auto;">
<div id="div-gpt-ad-1446307782416-0">
<script type="text/javascript">googletag.cmd.push(function(){googletag.display('div-gpt-ad-1446307782416-0');});</script></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenalilah jiwa kita, sehingga kita tidak akan mudah merasa puas dan menyerah. Untuk mendapatkan cinta dan ridha Illahi berlakulah sebuah perlombaan. Dan di dalamnya hanya ada menang dan kalah. Mulailah sekarang juga. Kenali jiwa. Perbaiki diri kita. Malulah menjadi manusia yang hina. Mari kita sulap kekhilafan dan kelupaan menjadi pacuan untuk sebuah perbaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika manusia telah dapat mengenali jiwanya, beruntunglah ia. Dia akan dapat mengendalikan hawa nafsunya, meluruskan kembali jalannya, dan saat terjatuh dia akan mampu berdiri sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Allahumma arrifni nafsii” </i> Ya Allah kenalkanlah aku pada diriku… itulah sebait doa yang terucap oleh Yusuf bin Asbath. Mengenali jiwa kita bukanlah sesuatu yang mudah. Butuh keistiqamahan dalam menjaga keimanan, agar Allah senantiasa membuka nurani kita. Sehingga kita dapat menilik bahwa kebaikan yang pernah kita lakukan belumlah seberapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Basahilah hati dengan dzikir agar ia tak layu. Pekalah terhadap diri sendiri. Musuh kita adalah diri kita sendiri. Karena yang bisa membebaskan kita dari siksa api neraka hanyalah diri kita sendiri dengan ridha Rabb semesta alam. Ridho itu mahal harganya. Mari saling mengingatkan dan menasihati. Terkadang untuk sebuah kebaikan memang diperlukan pemaksaan. “Genderang perang itu telah lama bertalu di sini, di dalam jiwa kita ini. Bersiap siagalah selalu.” (Muhammad Nursani)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“ Inna min shalahi nafsi, ilmii bifasaadihaa…” Sesungguhnya termasuk kebaikan jiwaku adalah pengetahuanku tentang kerusakan jiwaku. </i>(Wahib bin Wurd)<i>. Waallahu ’alam </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Segulung Doa Untuk Jiwa Kelara… </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Karena Rindu Pada Rabbnya..</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya Rabb … bagikan pada kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi kami untuk berbuat maksiat. Yang bisa mengantar kami ke surga-Mu. Yang dapat menguatkan akar cinta kami pada-Mu. Yang terpatri dalam hati yang suci. Tersucikan atas ridha-Mu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya Illahi Rabbii..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap luapan amarah, sedih, kecewa, tak puas, air mata, lelah, penat, bosan, lupa, tertinggal dan masih banyak lagi rasa milik hati yang dalam keadaan hampir mati. Semua itu benar-benar bisa membunuh hati ini. Hamba takut jika suatu saat hati hamba yang terjangkit virus-virus yang melemahkan ini. Karenanya jauhkanlah Ya Rabb..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi hamba lupa kalau rasa bukan hanya itu saja. Ada bahagia, riang, gembira, tawa, senang, syukur, semangat, dan masih banyak lagi rasa perwujudan akan kebahagiaan. Jika mengingat hal ini hamba tak takut akan penyakit-penyakit tersebut. Hamba akhirnya sadar bahwa semua rasa baik bahagia atau pun kebalikannya… itu semualah yang membuat hati kita kuat. Menempa hati kita agar penat lalu muncul semangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayna Afanin</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwatuna </div>
Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-28030152881659727402016-02-24T21:56:00.000-08:002016-02-24T21:56:43.123-08:00Tidak Ada Istirahat di Jalan Perjuangan<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-KrfgW71uQ9Q/Vs6Xj2ljA6I/AAAAAAAAGgk/U9m7QAOO3CM/s1600/siluet-orang-laki-perjalanan-dakwah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-KrfgW71uQ9Q/Vs6Xj2ljA6I/AAAAAAAAGgk/U9m7QAOO3CM/s1600/siluet-orang-laki-perjalanan-dakwah.jpg" /></a></div>
Alkisah
seorang sahabat senior yang sudah sangat tua umurnya, lemah badannya,
tertatih jalannya, ditegur oleh seorang muda yang merasa kasian ketika
melihatnya. Sahabat senior tersebut dengan segala keterbatasannya masih
semangat untuk berjihad fi sabilillah, padahal umurnya sudah mendekati
satu abad. Ia merupakan seorang yang tak pernah absen dalam jihad fii
sabilillah, kecuali pada satu waktu ketika ia izin untuk menunaikan
ibadah haji. Telah banyak perjuangan dan pengorbanannya untuk tegaknya
agama Islam. Kini ketika usianya menua, sudah sepantasnya ia menikmati
istirahat yang nyaman. Mempergilirkan tongkat perjuangan kepada generasi
di bawahnya. Dan itulah yang ada di pikiran si anak muda. Menurutnya,
dan memang semua orang secara umum ketika itu berpendapat begitu—bahkan
Yazid bin Muawiyah pada episode lain juga berpendapat yang sama:
sudahlah pak, Anda sudah tua, biarkan perjuangan ini jadi tanggung jawab
kami yang muda, silakan Anda istirahat saja menikmati masa tua Anda.
Sejujurnya kami tidak tega melihat orang setua Anda harus terjun ke
medan perang….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi orang tua ini tak gentar. Ia adalah seorang yang mendengar langsung Nabi bersabda “<i>Latuftahannal qastanthiniyyah, falani’mal amiir amiiruha, walani’mal jaisy, dzalikal jaisy”</i>.
“Sungguh akan takluk Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah
pemimpin penaklukkan itu, dan sebaik-baik pasukan adalah yang
membersamainya”. Orang tua itu akhirnya diketahui bernama Abu Ayyub
Al-Anshari, seorang yang ikut serta dalam baiat Aqabah kedua ketika
usianya sekitar 47 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat
kegigihan orang tua tersebut, anak muda yang merasa sangat kasian
melihatnya harus turun perang di umurnya yang sudah sangat tua ini
kemudian mengutip ayat Al-Quran, Al-Baqarah ayat 195:</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Dan
infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat
baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam
pengertian dia, ayat ini menjadi dalil agar orang tua itu “tidak
menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam kebinasaan”. Tentu saja, bukankah
ikut perang di usia yang sudah senja, dengan gerakan yang tak lagi
segesit ketika muda, sama dengan menjatuhkan diri pada kematian? Anak
muda ini begitu khawatir orang tua itu justru menjerumuskan dirinya
sendiri dengan ikut perang, dan dengan dalil ayat ini ia sangat yakin
sebaiknya orang tua tersebut menepi saja. Masuk akal, bukan? Seorang
yang sudah sangat tua, keikutsertaannya di perang justru akan
membinasakan dirinya, sementara Alquran melarang membinasakan diri
sendiri, sehingga seharusnya orang tua itu tak ikut perang. Begitulah
yang ada di pikiran si anak muda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun
alih-alih gentar, ketika anak muda itu membacakan ayat tersebut, Abu
Ayyub justru gusar. Ia lalu bertanya, “wahai anak muda, tahukan kau apa
makna ayat yang kau bacakan itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab
Abu Ayyub tahu betul apa maknanya. Ia hidup dan menyaksikan sendiri
bagaimana peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat 195 dari surat
Al-Baqarah tersebut. Dan konteksnya sangat berbeda dengan yang dimaksud
oleh si anak muda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat
itu turun ketika kaum Anshar (orang-orang asli Madinah yang menerima
dan terus membersamai beliau semenjak hijrah) meminta keringanan kepada
Rasulullah untuk “cuti dari perjuangan—jihad fii sabiilillah”. Mereka
merasa sudah terus bersetia dalam mendukung dan membantu Rasulullah
beserta para Muhajirin. Mereka menyediakan tempat tinggal, menyiapkan
makanan, ikut dalam semua peperangan untuk mempertahankan agama Islam,
berjuang bersama-sama Rasulullah <i>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</i>.
Pada waktu itu peperangan terjadi begitu banyaknya, dari mulai yang
besar sampai yang kecil, dari mulai yang defensif mempertahankan Madinah
dari gempuran musuh, sampai yang ekspansif menyerang kediaman musuh
pasca perang Khandaq, dari mulai peperangan dengan perlawanan sampai
peperangan tanpa kekerasan karena musuh memilih untuk menyerah duluan.
Kaum Anshar ikut dalam semua proses itu, terlibat langsung sebagai salah
satu tokoh utama yang berperan besar dalam meraih kemenangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wajar
jika kemudian mereka meminta keringanan untuk beristirahat sejenak.
Alasan mereka pun sangat masuk akal: “wahai Rasulullah, kami harus
mengurusi kebun-kebun kami, mengurusi keluarga-keluarga kami”. Ketika
itu peperangan memang sangat banyak jumlahnya, jarak antara satu perang
dengan perang berikutnya begitu pendeknya, sehingga sering kali tak
memberikan jeda bagi mereka untuk beraktivitas seperti biasa. Jika
mereka terus-terusan berada di medan perang, lantas siapa yang mengurusi
kebun-kebun dan keluarga mereka? Bukankah aktivitas ekonomi dan
keluarga tak kalah pentingnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan apa jawaban Rasulullah <i>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</i>? Beliau hanya mengutip sebuah ayat:</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Dan
infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat
baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya,
ayat yang dikutip beliau adalah Al-Baqarah ayat 195, ayat yang sama
yang kelak dibacakan si anak muda kepada Abu Ayyub, tapi dalam pemaknaan
yang jauh berbeda. Ayat itu turun bukan sebagai pembenaran untuk menepi
dari jalan perjuangan, tapi justru sebagai sanggahan atau penolakan
terhadap permintaan “cuti” yang diajukan oleh kaum Anshar. Mereka memang
sudah berjuang banyak, berkorban begitu dahsyat, bersetia tanpa syarat,
tapi itu semua tidak bisa menjadi alasan untuk sejenak berhenti dari
keikutsertaan dalam peperangan. Tidak ada urusan perizinan dalam masalah
ini!</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang
dimaksud oleh ayat tersebut dengan “menjatuhkan diri sendiri ke dalam
kebinasaan dengan tangan sendiri” bukanlah berangkat perang dengan
“modal nekat” seumpama Abu Ayyub dalam pandangan si anak muda, tapi yang
dimaksud adalah menyengaja (yang artinya dengan sepenuh kesadaran)
untuk tidak ikut serta dalam peperangan, atau dalam konteks yang lebih
luas: menyengaja untuk izin dan cari-cari alasan untuk menghindar dari
agenda dakwah dan perjuangan. Dan, Masya Allah, Abu Ayyub <i>radhiyallahu ‘anhu</i> begitu memahami ayat ini sehingga di usia senjanya masih semangat untuk berangkat perang, menegakkan kalimat Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikhwah
fillah, kisah tersebut seharusnya jadi tamparan keras buat kita. Siapa
kita dibandingkan Abu Ayyub Al-Anshari? Siapa kita dibandingkan
orang-orang Anshar? Betapa jauh pengorbanan dan perjuangan kita di jalan
dakwah dibandingkan dengan mereka, tapi kenapa sering kali kita merasa
memiliki hak untuk menepi, beristirahat menikmati diri sendiri? Betapa
sering kemudian kita merasa telah berkorban banyak, lalu menganggap diri
sudah tua dan menyerahkan seluruhnya kepada kawan atau orang-orang di
bawah kita? Seberapa sering kita merasa jumawa, merasa yang paling
mengerti dan paling berbuat banyak untuk dakwah, lalu menjadikannya
alasan untuk sejenak (yang biasanya kebablasan) berhenti dari agenda
perjuangan? Kita padahal baru bicara perjuangan dengan semampu kita dan
belum bicara perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Atau jangan-jangan, kita ini memang “generasi afwan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Afwan
ustadz, ane gak bisa hadir liqa karena harus ngerjain tugas kuliah”.
“Afwan akh ane gak bisa bantu di kepanitiaan syiar ini karena takut
kecapekan dan gak bisa ngatur waktu”. “Afwan ane lagi ngurusin bisnis,
belum bisa bantu-bantu di dakwah”. “Afwan dek, sekarang giliran antum
yang ngurusin, ane istirahat ya karena tahun kemarin udah ngurusin
banyak”. “Afwan…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Subhanallah,
dengan semua alasan yang kita kemukakan untuk menepi dari jihad fii
sabilillah, tanpa sadar kita sebenarnya sedang dalam proses
menjerumuskan diri kita sendiri dalam kebinasaan, sebagaimana makna yang
terkandung dalam Al-Baqarah ayat 195. Jika para aktivisnya
menjerumuskan diri dalam kebinasaan, pantas jika kemudian gerak
perjuangan itu sendiri seolah-olah buntu dan terasa tak berkembang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal
jalan perjuangan ini adalah satu-satunya jalan yang tak memiliki batas
waktu, tidak seperti jam kuliah dan jam kerja. Kuliah dan kerja ada
waktunya sendiri, dan ia terbatas, di luar itu kita bebas. Tapi jalan
ini waktunya tak terbatas, sebagaimana curhatan Nuh ‘alaihissalam kepada
Allah yang diabadikan di surat Nuh: <i>“Ya Allah.. sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam..”</i>.
Dakwah ini menuntut 24 jam dalam sehari kita, 30 hari dalam sebulan
kita, 12 bulan dalam setahun kita, dan seluruh tahun dalam umur kita,
tanpa ada waktu cuti atau jeda. Karena memang tak ada waktu istirahat. “<i>Laa raahah illaa fil-jannah”.</i>
Istirahat kita adalah di surga Allah (Aamin yaa rabbal ‘aalamiin,
semoga Allah memasukkan kita ke sana). Dan mau tidak mau kita harus
siap, jangan lemah dan jangan melemah-lemahkan kekuatan kita, karena
sesungguhnya Allah tidak akan membebani melampaui kesanggupan kita.
Hanya saja sering kali justru kita sendiri yang menurunkan standar
kesanggupan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikhwah
fillah, alasan bisa dicari-cari, tapi Allah Maha Tahu apa yang ada di
dalam hati. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menjerumuskan
diri sendiri ke dalam kebinasaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Wallahu a’lam bishshowaab</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibrohim Abdul Halim</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwatuna <i><br /></i></div>
Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-17696602266540847112016-02-23T21:42:00.002-08:002016-02-23T21:42:58.585-08:00Do'a Ku, Ya Allah Izinkan Aku Tetap Berada di Tarbiyah Ini<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-KMSpowSC8fY/Vs1CdlGontI/AAAAAAAAGfk/JaMT-xMs_jU/s1600/halaqah-mentoring-akhwat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-KMSpowSC8fY/Vs1CdlGontI/AAAAAAAAGfk/JaMT-xMs_jU/s1600/halaqah-mentoring-akhwat.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tahu tarbiyah bukanlah jaminan untuk memperoleh JannahMu, tapi bukankah dengan tarbiyah aku mempunyai kesempatan lebih untuk memperoleh janahMu??? Tak terhitung berapa kali aku menghadiri lingkaran kecil itu, ada perasaan bahagia, rindu, sedih atau bahkan kesal. Bahagia karena aku mendapatkan ilmu lebih dan ibadahku lebih terpantau. Rindu karena mereka bukan siapa-siapaku, tetapi mereka akan selalu menjadi orang pertama yang meneguhkanku ketika aku terpuruk. Sedih karena adakalanya sesekali aku harus berpisah dengan mereka untuk memaknai kata ukhuwah. Dan kesal karena aku sering diatur dan waktuku banyak tersita.<br /><br />Tarbiyah…apakah sudah menempaku menjadi orang-orang seperti dalam madrasah Nabi?? Jika tarbiyah adalah salah satu pintu kesempatan menuju janahNya, apakah aku sudah memanfaatkan kesempatan itu dengan baik? Atau jangan-jangan aku adalah salah satu orang yang merugi.<br /><br />Ya Allah…Seringkali aku mengecewakan seorang insan yang rela meluangkan waktunya untukku, seseorang yang kupanggil murobbi. “Mbak afwan, ana tidak bisa liqo karena disuruh pulang.” Pernah suatu kali aku tak berangkat liqo dan aku mencari alasan untuk izin pada murobbi, mengatakan tidak bisa datang taklimat karena tugas kuliah menumpuk, besok ada mid ataupun alasan-alasan yang lain. Padahal aku tahu ikhtiar berbanding lurus dengan doa. Dan aku hafal diluar kepala “Barang siapa yang menolong agama Allah maka ia akan ditolong oleh Allah.” Mengapa kadang aku mementingkan duniaku daripada akhiratku? Apakah yang kudapatkan selama ini belum juga melembutkan hatiku? Lalu bagaimana dengan keberkahan Allah, Apakah pintu syurga itu masih terbuka untukku.<br /><br />Demi Masa….Aku sering telat berangkat liqo bahkan bisa dihitung dengan jari berapa kali aku tidak telat. Aku sering menyepelekan ketidakindibathankku, padahal aku tahu waktu itu adalah pedang yang kapan saja jika Allah berkehendak, pedang itu akan membunuhku. Belum lagi kemaksiatan-kemaksiatan lain yang kuperbuat, zina mata, zina mulut, zina telinga, zina tangan, zina kaki dan yang lebih parah zina hati. Aku bisa sempurna menjalankan amanah dakwahku tapi bagaimanakah dengan ruhiyahku? Bagaimanakah dengan kondisi hatiku? Di luar aku adalah salah satu akhwat yang sering dielu-elukan karena profesionalitas amanahku tapi bagaimanakah pandangan adik-adikku di kos. Lalu jika mereka sinis memandangku, Bagaimanakah pandangan Allah kepadaku?<br /><br />Ya Rabbi … sebenarnya aku takut tapi bukankah cinta itu fitrah. Toh apa yang kulakukan tidak melampaui batas. Aku tahu jika aku melakukan sesuatu hatiku berdebar-debar tidak tenang, cemas dan takut adalah kemaksiatan namun mengapa hatiku tak bisa mengendalikan apa yang kuperbuat. Aku seolah-olah larut, menikmati yang kuperbuat, bahkan membenarkan apa yang kuperbuat. Apa yang terjadi denganku? Apakah memang hati ini benar-benar sudah mati? Lalu masihkah engkau mengabulkan permohonanku sementara aku seenaknya membuat Mu cemburu.<br /><br />Tentang ukhuwah…barangkali aku adalah salah satu orang yang belum bisa memberikan hak-hak ukhuwah pada saudaraku. Aku sering pura-pura tidak tahu jika saudaraku sedang kesulitan, bahkan hanya sekedar mengucapkan ‘barakallah’ kadang aku tak sempat. Apalagi mendoakannya. Padahal aku tahu orang-orang yang berdiri di menara cahaya dalam salah satu ruang di syurga yang membuat iri nabi dan sahabat adalah ia yang selalu mengatakan “aku mencintaimu karena Allah.” Barangkali mengapa aku tak bisa DF, membina dengan baik adalah bagian dari ketidakpandaianku mengeja kata ukhuwah dan kekotoran hatiku.<br /><br />Ya Ghofur… ampuni kesalahanku. bimbing dan tuntunlah aku untuk tetap berada di tarbiyah ini. Jangan biarkan aku terjatuh karena aku masih membutuhkan mereka untuk menyempurnakan ibadahku. Lembutkan hatiku, jadikan aku orang-orang yang lebih dikenal oleh penduduk langit.<br /><br />Bismillah…mulai hari ini aku akan berubah menjadi lebih baik untuk mendapatkan janahMu. (shifaqolbi)</div>
Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-71846096252889261452016-01-27T21:41:00.001-08:002016-01-27T21:41:32.519-08:00TA'LIFUL QULUB...<p dir="ltr">“Ruh-ruh itu adalah tentara-tentara yang<br>
selalu siap siaga, yang telah saling mengenal<br>
maka ia (bertemu dan) menyatu, sedang yang<br>
tidak maka akan saling berselisih (dan saling<br>
mengingkari)”. (HR. Muslim)</p>
<p dir="ltr">Inilah karakter ruh dan jiwa manusia, ia adalah<br>
tentara-tentara yang selalu siap siaga,<br>
kesatuaannya adalah kunci kekuatan, sedang<br>
perselisihannya adalah sumber bencana dan<br>
kelemahan. </p>
<p dir="ltr">Jiwa adalah tentara Allah yang sangat<br>
setia, ia hanya akan dapat diikat dengan kemuliaan<br>
Yang Menciptakanya,.</p>
<p dir="ltr"> Allah berfirman yang artinya:</p>
<p dir="ltr">“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-<br>
orang yang beriman). Walaupun kamu<br>
membelajakan semua (kekayaan) yang berada<br>
dibumi, niscaya kamu tidak dapat<br>
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah<br>
telah mempersatukan hati mereka.</p>
<p dir="ltr">Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha<br>
Bijaksana”. (QS. 8:63)</p>
<p dir="ltr">Dan tiada satupun ikatan yang paling kokoh untuk<br>
mempertemukannya selain ikatan akidah dan<br>
keimanan.</p>
<p dir="ltr"> Imam Syahid Hasan Al Banna<br>
berkata:“Yang saya maksud dengan ukhuwah<br>
adalah terikatnya hati dan ruhani dengan<br>
ikatan aqidah.</p>
<p dir="ltr"> Aqidah adalah sekokoh-kokoh<br>
ikatan dan semulia-mulianya. </p>
<p dir="ltr">Ukhuwah adalah<br>
saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan<br>
adalah saudara kembarnya kekufuran” . (Risalah<br>
Ta’lim, 193)</p>
<p dir="ltr">Sebab itu, hanya dengan kasih mengasihi karena<br>
Allah hati akan bertemu, hanya dengan membangun<br>
jalan ketaatan hati akan menyatu, hanya dengan<br>
meniti di jalan dakwah ia akan berpadu dan hanya<br>
dengan berjanji menegakkan kalimat Allah dalam<br>
panji-panji jihad fi sabilillah ia akan saling erat<br>
bersatu. </p>
<p dir="ltr">Maka sirami taman persaudaraan ini<br>
dengan sumber mata air kehidupan sebagai berikut:</p>
<p dir="ltr">1. Sirami dengan mata Air Cinta dan Kasih sayang<br>
Kasih sayang adalah fitrah dakhil dalam jiwa setiap<br>
manusia, siapapun memilikinya sungguh memiliki<br>
segenap kebaikan dan siapapun yang<br>
kehilangannya sungguh ditimpa kerugian.</p>
<p dir="ltr"> Ia<br>
menghiasi yang mengenakan, dan ia menistakan<br>
yang menanggalkan.</p>
<p dir="ltr"> Demikianlah pesan-pesan<br>
manusia yang agung akhlaqnya menegaskan.</p>
<p dir="ltr">Taman persaudaraan ini hanya akan subur oleh<br>
ketulusan cinta, bukan sikap basa basi dan<br>
kemunafikan. </p>
<p dir="ltr">Taman ini hanya akan hidup oleh<br>
kejujuran dan bukan sikap selalu membenarkan. </p>
<p dir="ltr">Ia<br>
akan tumbuh berkembang oleh suasana nasehat<br>
menasehati dan bukan sikap tidak peduli, ia akan<br>
bersemi oleh sikap saling menghargai bukan sikap<br>
saling menjatuhkan, ia hanya akan mekar bunga-<br>
bunga tamannya oleh budaya menutup aib diri dan<br>
bukan saling menelanjangi. </p>
<p dir="ltr">Hanya ketulusan cinta<br>
yang sanggup mengalirkan mata air kehidupan ini,<br>
maka saringlah mata airnya agar tidak bercampur<br>
dengan iri dan dengki, tidak keruh oleh hawa nafsu,<br>
egoisme dan emosi, suburkan nasihatnya dengan<br>
bahasa empati dan tumbuhkan penghargaannya<br>
dengan kejujuran dan keikhlasan diri.</p>
<p dir="ltr"> Maka<br>
niscaya ia akan menyejukkan pandangan mata<br>
yang menanam dan menjengkelkan hati orang-<br>
orang kafir (QS.48: 29).</p>
<p dir="ltr">2. Sinari dengan cahaya dan petunjuk jalan.<br>
Bunga-bunga tamannya hanya akan mekar<br>
merekah oleh sinar mentari petunjuk-Nya dan akan<br>
layu karena tertutup oleh cahaya-Nya.</p>
<p dir="ltr"> Maka<br>
bukalah pintu hatimu agar tidak tertutup oleh sifat<br>
kesombongan, rasa kagum diri dan penyakit<br>
merasa cukup.</p>
<p dir="ltr"> Sebab ini adalah penyakit umat-<br>
umat yang telah Allah binasakan.</p>
<p dir="ltr"> Dekatkan hatimu<br>
dengan sumber segala cahaya (Alquran) niscaya ia<br>
akan menyadarkan hati yang terlena, mengajarkan<br>
hati yang bodoh, menyembuhkan hati yang sedang<br>
sakit dan mengalirkan energi hati yang sedang letih<br>
dan kelelahan.</p>
<p dir="ltr"> Hanya dengan cahaya, kegelapan<br>
akan tersibak dan kepekatan akan memudar hingga<br>
tanpak jelas kebenaran dari kesalahan, keikhlasan<br>
dari nafsu, nasehat dari menelanjangi,<br>
memahamkan dari mendikte, objektivitas dari<br>
subjektivitas, ilmu dari kebodohan dan petunjuk dari<br>
kesesatan. </p>
<p dir="ltr">Sekali lagi hanya dengan sinar cahaya-<br>
Nya, jendela hati ini akan terbuka. </p>
<p dir="ltr">“Maka apakah<br>
mereka tidak merenungkan Al Quran ataukah<br>
hati mereka telah terkunci” . (QS. 47:24)</p>
<p dir="ltr">3. Bersihkan dengan sikap lapang dada<br>
Minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan<br>
maksimalnya adalah itsar ( mementingkan orang<br>
lain dari diri sendiri) demikian tegas Hasan Al<br>
Banna. </p>
<p dir="ltr">Kelapangan dada adalah modal kita dalam<br>
menyuburkan taman ini, sebab kita akan<br>
berhadapan dengan beragam tipe dan karakter<br>
orang, dan “siapapun yang mencari saudara<br>
tanpa salah dan cela maka ia tidak akan<br>
menemukan saudara”</p>
<p dir="ltr"> inilah pengalaman hidup<br>
para ulama kita yang terungkap dalam bahasa kata<br>
untuk menjadi pedoman dalam kehidupan. </p>
<p dir="ltr">Kelapangan<br>
dada akan melahirkan sikap selalu memahami dan<br>
bukan minta dipahami, selalu mendengar dan bukan<br>
minta didengar, selalu memperhatikan dan bukan<br>
minta perhatian, dan belumlah kita memiliki sikap<br>
kelapangan dada yang benar bila kita masih selalu<br>
memposisikan orang lain seperti posisi kita, meraba<br>
perasaan orang lain dengan radar perasaan kita,<br>
menyelami logika orang lain dengan logika kita,<br>
maka kelapangan dada menuntut kita untuk lebih<br>
banyak mendengar dari berbicara, dan lebih banyak<br>
berbuat dari sekedar berkata-kata. </p>
<p dir="ltr">“Tidak<br>
sempurna keimanan seorang mukmin hingga ia<br>
mencintai saudaranya seperti ia mencintai<br>
dirinya”. ( HR. Bukhari Muslim)</p>
<p dir="ltr">4. Hidupkan dengan Ma’rifat<br>
Hidupkan bunga-bunga di taman ini dengan<br>
berma’rifat kepada Allah dengan sebenar-benar<br>
ma’rifat, ma’rifat bukanlah sekedar mengenal atau<br>
mengetahui secara teori,</p>
<p dir="ltr"> namun ia adalah<br>
pemahaman yang telah mengakar dalam hati<br>
karena terasah oleh banyaknya renungan dan<br>
tadabbur, tajam oleh banyaknya dzikir dan fikir,<br>
sibuk oleh aib dan kelemahan diri hingga tak ada<br>
sedikitpun waktu tersisa untuk menanggapi ucapan<br>
orang-orang yang jahil terlebih menguliti kesalahan<br>
dan aib saudaranya sendiri, tak ada satupun masa<br>
untuk menyebarkan informasi dan berita yang tidak<br>
akan menambah amal atau menyelesaikan masalah<br>
terlebih menfitnah atau menggosip orang. </p>
<p dir="ltr">Hanya<br>
hati-hati yang disibukkan dengan Allah yang tidak<br>
akan dilenakan oleh Qiila Wa Qaala (banyak<br>
bercerita lagi berbicara)</p>
<p dir="ltr"> dan inilah ciri kedunguan<br>
seorang hamba sebagaimana yang ditegaskan<br>
Rasulullah apabila ia lebih banyak berbicara dari<br>
berbuat, lebih banyak bercerita dari beramal, lebih<br>
banyak berangan-angan dan bermimpi dari beraksi<br>
dan berkontribusi.</p>
<p dir="ltr"> “Diantara ciri kebaikan<br>
Keislaman seseorang adalah meninggalkan yang<br>
sia-sia”. ( HR. At Tirmidzi).</p>
<p dir="ltr">5. Tajamkan dengan cita-cita Kesyahidan<br>
“Pasukan yang tidak punya tugas, sangat potensial<br>
membuat kegaduhan” </p>
<p dir="ltr">inilah pengalaman medan<br>
para pendahulu kita untuk menjadi sendi-sendi<br>
dalam kehidupan berjamaah ini.</p>
<p dir="ltr"> Kerinduan akan<br>
syahid akan lebih banyak menyedot energi kita<br>
untuk beramal dari berpangku tangan, lebih<br>
berkompetisi dari menyerah diri, menyibukkan<br>
untuk banyak memberi dari mengoreksi, untuk<br>
banyak berfikir hal-hal yang pokok dari hal-hal<br>
yang cabang. </p>
<p dir="ltr">“Dan barang siapa yang meminta<br>
kesyahidan dengan penuh kejujuran, maka Allah<br>
akan menyampaikanya walaupun ia meninggal<br>
diatas tempat tidurnya”. ( HR. Muslim)</p>
<p dir="ltr">“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha<br>
Mengetahui bahwa hati-hati ini telah bersatu<br>
berkumpul untuk mencurahkan mahabbah<br>
hanya kepadaMu,</p>
<p dir="ltr"> bertemu untuk taat kepada-<br>
Mu, </p>
<p dir="ltr">bersatu dalam rangka menyeru (dijalan)-<br>
Mu, </p>
<p dir="ltr">dan berjanji setia untuk membela syariat-<br>
Mu, </p>
<p dir="ltr">maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya<br>
Allah, </p>
<p dir="ltr">abadikanlah kasih sayangnya,</p>
<p dir="ltr">tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan<br>
cahay-Mu yang tidak pernah redup,</p>
<p dir="ltr">lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman<br>
dan keindahan tawakkal kepada-Mu,</p>
<p dir="ltr">hidupkanlah dengan ma’rifat-mu, </p>
<p dir="ltr">dan<br>
matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-mu.</p>
<p dir="ltr">Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan<br>
sebaik-baik penolong”.</p>
<p dir="ltr">Amin…</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://lh3.googleusercontent.com/-wJKiCVdE0so/VqmqChD8JGI/AAAAAAAAGbA/StaDcQXx-ag/s1600/honey-bee-desktop-wallpaper-for-background-full-free.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="http://lh3.googleusercontent.com/-wJKiCVdE0so/VqmqChD8JGI/AAAAAAAAGbA/StaDcQXx-ag/s640/honey-bee-desktop-wallpaper-for-background-full-free.jpg"> </a> </div>Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-44389479543517373282016-01-26T04:49:00.001-08:002016-01-26T04:49:38.907-08:00"Partisipasi"<p dir="ltr">(Salim A Fillah)</p>
<p dir="ltr">IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita. Mungkin kau adalah peserta atau juga bahkan adalah pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini, di zaman ini:</p>
<p dir="ltr">“… Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?” Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Alloh atas hidayah yang Alloh berikan sehingga kami memeluk Islam.”</p>
<p dir="ltr">Maka Rosululloh bertanya, “Demi Alloh, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?” Mereka menjawab, “Demi Alloh, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Alloh membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR. Muslim, dari Mu’awiyah)</p>
<p dir="ltr">Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah. Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para ghuroba’(orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabda Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi Mu’min yang lain. Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah al-Qur’an dan hafalannya, tentang sholat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya. Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya. Ia jadi malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.</p>
<p dir="ltr">Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A. Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi. Ada yang bercerita tentang amanah-amanah da’wahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.</p>
<p dir="ltr">Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan menginap agar bisa lebih panjang bercengkerama. Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka lakukan wisata. Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi kebesaran ciptaan-Nya. Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.</p>
<p dir="ltr">Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Alloh dalam sebuah kumpulan, agar Alloh mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik. Mereka baca kitabulloh, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa al-Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.</p>
<p dir="ltr">“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Alloh, mereka membaca kitabulloh, dan mempelaiarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rohmat meliputi majelisnya, Malaikat menaungi mereka, dan Alloh menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim, dari Abu Huroiroh)</p>
<p dir="ltr">Di sana bisa kita jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah. Tapi Subhanalloh… Ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam medium atmosfer cinta. Saya tak ragu lagi menyebut forum yang terkenal dengan kata liqo’at (pertemuan) ini, sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.</p>
<p dir="ltr">Bahkan ketika suatu waktu Anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di Masjid Kampus, Musholla Sekolah, rumah seorang Ustadz atau markaz da’wah, lalu Anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin karena iseng saja, Anda takkan pernah kecewa. Percayalah, Anda tak akan pernah kecewa.</p>
<p dir="ltr">Seorang malaikat berkata, “Robbi, di majelis itu ada orang yang bukan dari golongan mereka, hanya bertepatan ada keperluan maka datang ke majelis itu.” Alloh berfirman, “Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapa pun yang duduk membersamainya!” (Muttafaq ‘Alaih, dari Abu Huroiroh)</p>
<p dir="ltr">Maka demi Alloh, apa yang Anda tunggu? Perkenalkan diri Anda pada mereka sejelas-jela<br>
snya. Katakan, Anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka. Kalau majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu pasti akan mencarikan sebuah majelis lain yang indah untuk Anda. Kalau di sekolah Anda dan di kampus Anda ada kegiatan bernama Mentoring, Asistensi Agama Islam atau nama lainnya, barangkali itu pintu lain bagi Anda memasuki Getar Cahaya di Atmosfer Cinta ini. Setelah itu, bisa jadi Alloh akan menguji Anda. mungkin dengan perasaan Anda bahwa majelis ini tidak seperti yang Anda harapkan. Maka bersabarlah.</p>
<p dir="ltr">“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasyroh [94]: 5-6)</p>
<p dir="ltr">***<br>
Beberapa ikhwah mengeluh mendapati beberapa saudaranya telah berubah ketika pindah ke lain kota. Ada gambaran, betapa sulitnya menjaga istiqomah ketika jauh dari lingkungan iman semula. Apa yang diceritakan Hanzholah ibn ar-Robi’, bisa menjadi ‘ibroh bahwa pertemuan sesaat demi sesaat dalam majelis ini adalah sarana penjaga konsistensi dan sikap istiqomah -yang kadang-kadang tanpa perlu kita sadari-.</p>
<p dir="ltr">Ketika Abu Bakr berkunjung dan menanyakan kabarnya, Hanzholah pun menjawab, “Hanzholah telah menjadi munafiq!”. Terperanjat Abu Bakr, lalu ia berkata, “Subhanalloh, apa yang engkau ucapkan?” Kata Hanzholah, “Kita sering bersama Rosululloh, beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala. Namun ketika kita keluar dari sisi Rosululloh, bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, kita pun banyak melupakannya.”</p>
<p dir="ltr">“Demi Alloh! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini!”, sahut Abu Bakr membenarkan. Tak ada curhat yang lebih indah daripada curhat para sahabat. Ya, mereka pun kembali pada Murobbi-nya, Rosululloh Mushthofa. Dan beliau pun menenteramkan hati para binaannya.</p>
<p dir="ltr">“… Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzholah! Sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah. Sesaat demi sesaat!”(HR. Muslim dalam Shohihnya, dari Hanzholah)</p>
<p dir="ltr">Akal sehat para peserta liqo’at menuntun mereka untuk menghayati bahwa majelis ini adalah bagian paling asasi dari hidup mereka. Ada waktu yang harus diprioritaskan untuknya lebih dari segala aktivitas lainnya. Kaidahnya jelas: kalau ia tak bersama mereka, ia takkan bersama siapa-siapa; kalau mereka tak bersama dengannya, mereka pasti bersama dengan orang selain dia.</p>
<p dir="ltr">Kadang kita tak merasakan nikmatnya majelis kebersamaan ini. Padahal, orang lain akan melihat kita berubah dan semakin buruk saat kita berhenti menghadirinya untuk suatu waktu yang cukup lama. Memang, ia hanya sepekan sekali. Tetapi bagaimanapun kita tahu, majelis ini adalah majelis ‘ilmu dan dzikir yang tak berhenti sampai bubarnya lingkaran. Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka.</p>
<p dir="ltr">Tentu. Untuk berpartisipasi bagi ummat dalam jangkauannya, mendistribusikan kesholihan yang terasa manis direguknya<br>
#back to melingkar</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://lh3.googleusercontent.com/--DdZXltuxAU/VqdrXlGrLxI/AAAAAAAAGaY/uVzRiCcGZp4/s1600/lq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="http://lh3.googleusercontent.com/--DdZXltuxAU/VqdrXlGrLxI/AAAAAAAAGaY/uVzRiCcGZp4/s640/lq.jpg"> </a> </div>Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-56223473678586506022015-09-02T22:26:00.000-07:002015-09-02T22:26:06.715-07:00Ketika Ghirah tak Lagi Terasa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-JN-JWcXWfR8/VefZ5Rv7H7I/AAAAAAAAGMI/rXwZcyZLxB4/s1600/halaqah-akhwat-di-taman-320x240.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-JN-JWcXWfR8/VefZ5Rv7H7I/AAAAAAAAGMI/rXwZcyZLxB4/s1600/halaqah-akhwat-di-taman-320x240.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih teringat akan masa-masa kuliah beberapa tahun kemarin .
Mungkinkah teman-teman yang biasanya diberi julukuan “domisioner” pada
suatu organisasi mengingat akan ghirah atau semangat itu? Mungkinkah
teman-teman masih merasakan ghirah yang sama setelah meninggalkan dunia
kampus?</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya berharap teman-teman pembaca masih merasakan ghirah
yang sama dengan masa-masa kuliah bagi yang pernah merasakannya karena
tidak sedikit saudara-saudara kita yang tidak lagi merasakan ghirah
dakwah itu, setelah dia keluar dari dunia kampus, setelah dia keluar
dari dunia yang mengajarkannya tentang ideologi, tentang azzam, tentang
ghirah dakwah dan tentang semuanya. Tidak sedikit saudara-saudara kita
yang hilang atau tidak terlihat lagi jejaknya di jalan dakwah ini
setelah dia meninggalkan dunia kampus. Setelah dia masuk pada dunia
kerja atau berkeluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi
cerita tentang kisah teman-teman yang mungkin mereka tidak lagi
merasakan ghirah yang sama ketika masih berada pada dunia kampus. Bahkan
mungkin tidak lagi merasakan atau lupa dengan ghirah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada
beberapa alasan yang dapat saya garis bawahi dari berbagi kisah mereka
yang menjadi “pengantar” hingga mereka tidak lagi mersakan ghirah dakwah
itu. Di antaranya adalah sebagai berikut :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Untuk apa datang pengajian jika tidak menambah semangat kita?</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Ukhtifillah,
apakah hal ini pernah anti rasakan? Ketika kegiatan pengajianmu tidak
lagi menambah semangat dakwahmu, tidak lagi menambah semangat perbaikan
dirimu? Tidak memberikan “cash” untuk rukhiyahmu? Semuanya berlalu tanpa
meninggalkan kesan. Maka perbanyaklah istighfar, karena mungkin ada
yang kita lakukan yang tidak diridhai oleh Allah sehingga Allah tidak
membuka pintu Rahmat-Nya yang menyebabkan hal itu terjadi. Mari ditata
kembali niat awal kita mengikuti pengajian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mempertanyakan kembali arti pentingnya pengajian itu diikuti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Merenungi sejenak tentang ibadah-ibadah yang selama ini kita lakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang shalat kita, mungkinkah hanya sekadar rutinitas gerakan?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tilawah
kita, mungkinkah hanya sekadar keluar dari mulut yang tidak
menggetarkan hati kita? Hanya untuk mencapai setoran batasan waktu ODOJ
yang kita ikuti?</div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita intropeksi diri dahulu sebelum kita mencari pembelaan tentang “pengajian yang katanya tidak lagi menambah semangat”.</div>
<ol start="2" style="text-align: justify;">
<li>Sekarang saya tidak akrab dengan teman pengajianku, sibuk semua, tidak seperti yang dulu.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Sama
halnya dengan perkembangan manusia. Ketika masih kecil maka kita akan
dimanjakan oleh orang tua tapi ketika sudah dewasa maka kita tidak lagi
dimanja bahkan kita yang mungkin harus memanjakan orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti
itulah analogi yang mungkin cocok untuk ini bahwa segala sesuatu
memiliki masa tersendiri.. Ketika kita kecewa dengan sifat
ustadz/ustadzah kita yang mungkin acuh atau merasa tidak diperhatikan
oleh teman pengajian yang sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Maka
jangan menjadikan hal itu sebagai alasan dari keaktifan kita mengikuti
pengajian karena hal tersebut hanya salah satu aspek dari pengajian itu
sendiri. Dan aspek utama dari pengajian itu adalah tujuan awal kita
yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berharap mendapatkan
Ridha-Nya. Jangan pernah berharap kepada manusia karena suatu saat pasti
akan memberikan kekecewaan. manusia tidak luput dari salah dan khilaf.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua
alasan tersebut yang bisa saya garis bawahi dari beberapa alasan yang
mungkin ada. Kenapa ghirah tidak terasa? Karena ketika ghirah itu masih
terasa maka keluhan-keluhan tersebut tidak mungkin ada karena ketika
kita ingin jujur kepada diri sendiri maka secara tidak sadar bahwa kita
hanya mancari pembelaan untuk sikap kita, mencari alasan untuk
membenarkan perubahan sikap kita, mencari kesalahan dari faktor luar
terhadap apa yang kita rasakan padahal semuanya kembali kepada diri
pribadi masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita kembali merenungi sejenak Firman Allah dalam QS. Al-Ankabut : 2-3.</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. dan Sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.</i>”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ujian itu akan selalu ada, baik itu
dalam bentuk kenikmatan ataupun sebaliknya karena dari ujian itulah
Allah akan memfilter Hamba-nya yang benar-benar bertakwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap
orang terkadang menemui “titik jenuh” dari rutinitas aktivitasnya
sehingga tidak memiliki semangat dalam menjalankan aktivitasnya. Hal itu
bisa terjadi ketika kita tidak lagi memiliki tujuan yang jelas dari
aktivitas tersebut, semuanya dijalani seakan hanya rutinitas belaka
tanpa memiliki makna dan hanya meninggalkan rasa lelah jasmani dan
mungkin pada kekeringan rohani. Oleh karena itu, mari merenungi kembali
tujuan kita hidup. Masihkah ada tujuan menjadi bagian dari makhluk Allah
yang ada dalam QS. Al-Imron : 104</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“ dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,merekalah orang-orang
yang beruntung”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya akhir tulisan ini dengan mengutip syair lagu Saujana “Sekeping Hati”</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, jalan kebenaran</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak akan selamanya sunyi</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada ujian yang datang melanda</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada perangkap, menunggu mangsa</div>
<div style="text-align: justify;">
Note : Untuk saudariku yang sedang berjuang melawan titik jenuhnya….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
http://www.dakwatuna.com/2015/09/02/74005/ketika-ghirah-tak-lagi-terasa/ </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-75345509009132272162015-03-06T23:16:00.003-08:002015-03-06T23:16:54.556-08:00Sepelik Inikah Ukhuwah Kita?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-OYFDhJkwUIo/VPqlw7EIZDI/AAAAAAAAFQo/RyXYQjFbaTM/s1600/ukhuwah-2-320x262.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-OYFDhJkwUIo/VPqlw7EIZDI/AAAAAAAAFQo/RyXYQjFbaTM/s1600/ukhuwah-2-320x262.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
“Abu Bakr bersimpuh lalu menggenggam tangan sang Nabi. Ditatapnya mata suci itu dalam-dalam. ‘Antara aku dan putra Al-Khattab,’ ada kesalahpahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Aku merasa menyesal. Maka kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya. Tapi, dia tidak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkanku.’<br /><br />Tepat ketika Abu Bakr berkisah, ‘Umar ibn Khattab datang dengan resah. ‘Sungguh aku di utus pada kalian,‘ sang nabi bersabda, lalu kalian berkata, ‘Engkau dusta!’<br /><br />Wajah beliau tampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya yang lebih dalam dibanding gadis dalam pingitan.<br /><br />‘Hanya Abu bakr seorang,‘ sambung beliau, ‘yang langsung mengiyakan, ‘Engkau benar ! ’lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?’<br /><br />‘Umar berlinang, beristighfar dan berjalan bersimpuh mendekat. Tetapi tangis Abu Bakr lebih keras, derai air matanya bagai kaca jendela lepas. ‘Tidak ya Rasulullah. Tidak. Ini bukan salahnya,‘ serunya terpatah-patah isak. ‘Demi Allah akulah yang memang yang keterlaluan.‘ lalu dia pun memeluk ‘Umar, menenangkan bahu yang terguncang. Mereka menyatukan rasa dalam dekapan ukhuwah, menyembuhkan luka.“<br /><br />(Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A Fillah)<br /><br />***<br /><br />Insan-insan terbaik ini pun tak lepas dari uji an dalam ukhuwah mereka. Dan begitu pun kita. ukhuwah, atmosfer yang terkadang berganti. Menyengat, menyayat hati hingga sesekali menghalau air mata yang menandakan kesedihan. Sungguh ini sebuah cambuk kecil untuk memikirkan ulang dalam merekatkan kembali ukhuwah kita.<br /><br />Kita ini terlalu naif jika dibandingkan dengan keadaan generasi salaf. Suatu masyarakat yang dibangun dengan penuh kehangatan, cinta, dan ukhuwah. tidak ada kepura-puraan ataupun keegoisan. Allah dan Rasul-Nya selalu menjadi tempat kembali di saat perselisihan tak mungkin dielakkan. Alhasil, semua berakhir indah dalam bingkai ikatan aqidah.<br /><br />Aku, kamu, kita… butuh waktu untuk sendiri. Diam dan tenggelam dalam-dalam pada tiap detik masa lalu yang telah kita lalui. Sepelik inikah ukhuwah kita hari ini? Selemah inikah kita menjaga saudara kita? Atau… semudah inikah kita menyalahkan dia tanpa bercermin pada cermin yang bening, bukan dengan cermin yang penuh bercak. Hingga yang terburuk adalah menjadikannya seperti pesakitan.<br /><br />Kita begitu berharap mampu mempertahankan istana dengan harta benda yang berlimpah. Namun di benteng pertahanan, kita tidak melengkapi prajurit kita dengan senjata dan perbekalan yang memadai. Maka jangan pernah berharap istana nan kokoh itu akan abadi menjadi milik kita.<br /><br />Karena saudaramu adalah amanahmu… Ia tak hadir dengan sempurna, seperti dirimu yang menyembunyikan jutaan rahasia.<br /><br />“Mungkin saatnya kita membenahi dulu rasa yang ada dalam hati kita. Masih beningkah ia? Karena sesungguhnya suasana tidak berubah, hanya mungkin ruhiyah kita, akhlak kita, keikhlasan kita yang berubah. Setelah kita membenahi apa yang ada dalam hati kita, bashirah akan menuntun langkah kita dalam dakwah” nasehat dari salah satu sahabat terbaik.<br /><br />Tidak ada sesuatupun yang naik ke langit yang lebih agung dibanding keikhlasan<br /><br />Dan tidak ada sesuatupun yang turun ke bumi yang lebih agung dari taufiq Allah<br /><br />Mungkin saja Allah masih enggan menurunkan taufiq-Nya ke bumi karena hati-hati kita masih saja tersekat prasangka yang tak beralasan, keegoisan yang membuntukan atau nafsu dunia yang melenakan sehingga pintu-pintu langit masih tertutup rapat untuk kita. Saat ukhuwah tak lagi menawan, coba periksa kondisi iman. Mungkin ia kusam karena prasangka, hasad, cinta dunia atau rapuhnya keikhlasan.<br /><br />“Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami. Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami. Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri . Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti “. (K.H. Rahmat Abdullah)<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain…”(QS. Al Hujurat ; 12)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indah Yuliana</div>
<div style="text-align: justify;">
Dakwatuna</div>
Muhamad Fauzihttp://www.blogger.com/profile/16677672846804551618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-5515178764585871892014-02-09T19:17:00.001-08:002014-02-09T19:17:38.733-08:00Kembali Kepada Fitrah Menjadi Ibu yang Smart<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-z-G2Vhp7PZA/UvhD-1MbZ2I/AAAAAAAAABU/HlKGKkeReC0/s1600/smart.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-z-G2Vhp7PZA/UvhD-1MbZ2I/AAAAAAAAABU/HlKGKkeReC0/s1600/smart.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Oleh: </span><b>Umi
Fayasa</b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN;">Berlalunya moment terindah Ramadhan menghantarkan kita menjadi
pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrah. Apa betul semua menjadi pribadi
yang suci? Semuanya kembali kepada kita bagaimana kita menempa diri di madrasah
Ramadhan dan melanjutkan hasil tarbiyah tersebut dalam kehidupan kita
berikutnya. Satu hal kecil yang sering terlalai dalam ingatan kita adalah
kembali untuk menjadi hamba terbaik dalam pandangan Allah, menjadi seorang ibu
terbaik bagi anak-anak kita, menjadi istri terbaik suami kita, dan menjadi
warga terbaik dalam perannya di masyarakat.</span><span lang="EN"> </span>Menjadikan
rumah tangga kita menjadi lebih islami setelah tertarbiyah selama satu bulan
penuh di bulan keberkahan adalah suatu hal yang layak kita wujudkan.<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">IBU YANG SMART ( SHALIHAT,
MANFAAT, AKTIF, RAPI, TAWAZUN )</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ibu
atau dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan <i>ummi</i> adalah seorang wanita
yang mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidik serta mengajarkan
anak-anaknya agar bisa membaca, menulis, berbicara, berperasaan, menjadi pusat
dan tempat kembali bagi anak-anaknya dalam segala urusan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">IBU YANG SHALIHAT</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Seorang
ibu yang shalihat, kita berdoa agar Allah memudahkan langkah kita, adalah yang
paham betul posisinya (dari sebuah taujih oleh ustadz M. Ibrohim Da`yuh). 1. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Di hadapan Allah</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">2. Di</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">hadapan Rasulullah.</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">3. Terhadap Al Qur`an.</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">4. Terhadap diri sendiri</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">5. Kewajiban terhadap rumahnya</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. 6.
Kewajiban terhadap masyarakatnya. 7. Harus ber-tsaqofah islamiyah yang dalam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Di Hadapan Allah Ta`ala</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Seorang
ibu shalihat mampu memosisikan dirinya di hadapan Allah sebagai seorang hamba
yang pengabdi, ia sadar betul setiap kegiatan apapun yang dilakukannya adalah
dalam rangka proses untuk menuju sebuah akhir yang baik, sesungguhnya masalah
terbesar seorang hamba bukanlah masalah kehidupannya melainkan kematiannya. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sehingga berbekal pulang
ke kampung akhirat adalah suatu sikap yang cerdas.</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Di Hadapan Rasulullah SAW</span></b><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Seorang
ibu shalihat akan memahami bahwa mencintai Rasulullah adalah kebutuhan karena
ia sangat rindu akan syafaat beliau. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sehingga akhlak kita dalam mencintai Rasulullah adalah dengan
mengqudwah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perilaku maupun ucapan
beliau. Membaca sirah nabawiyah untuk lebih mengenal Rasulullah adalah sebuah
tuntutan.</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Terhadap Al Qur`an</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dengan cara tilawah dan tadabur kemudian iltizam terhadap kandungan Al Qur`an.
Setiap satu huruf dalam Al Qur`an bernilai 10 pahala dan dengan membaca Al Qur`</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">a</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">n kita akan mendapatkan syafaat, maka kita harus mengamalkan Al Qur`an
dalam kehidupan kita sehari- hari dan menjadikannya sebagai manhaj hidup kita.</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Terhadap Diri Sendiri</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Bekal untuk menjadi shalihat adalah dengan tazkiyatun</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">nafs atau penyucian jiwa yaitu:</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">1. Berbekal dengan ilmu
terutama ilmu din</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">2. Senantiasa berdzikir</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. 3. Senantiasa tadzakur dan tafakur (mengingat dan
berfikir).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kewajiban Terhadap Rumahnya (Baitiha)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Menjadikan
rumah tangganya rumah tangga islami dengan persiapan: 1. Selalu menjaga
kedekatannnya dengan Allah Ta`ala. 2. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Selalu berusaha menambah ilmu dan ketrampilannya ( yang mutlak ada ilmu
fiqih, kesehatan, dan psikologi anak)</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">. </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">3. Pandai mengatur waktu.</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">4. Menjaga hubungan baik dengan tetangga.</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ciri rumah berkah:</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">1. Selalu dihiasi Qiyamul lail.</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">2. Selalu dibacakan Al Qur`an.</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">3. Ada upaya untuk saling
menasehati dan mengingatkan di antara anggota keluarga, sehingga ketika kita shalihat
adalah suatu keniscayaan menjadikan suami kita sholih, j</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">a</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">d</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">i</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> perlu kita refresh kembali bahwa tujuan nikah secara syar`</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">i</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> ada </span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">empat</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> yaitu mendirikan
keluarga islami, membantu kita ghodul bashar, mendapatkan keturunan sholih, </span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">dan </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">tercipta ketenangan. </span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">IBU YANG MANFAAT</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pribadi yang paling beruntung adalah menjadi pribadi paling manfaat. Ketika
hal ini sudah melekat dalam diri kita untuk bersikap itsar atau mengutamakan
kepentingan orang lain bukanlah suatu beban.</span><span lang="EN" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kemanfaatan yang kita
berikan adalah kontribusi amal yang akan mengisi rekening kita kelak,
kemanfaatan ini selain dirasakan oleh anggota keluarga juga harus diberikan
kepada masyarakat, apapun bentuknya termasuk kaitannya dengan profesi yang kita
geluti. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">IBU YANG AKTIF</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kita hidup selalu berproses, dan proses inilah yang akan dinilai di hadapan
Allah</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">,</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> sekali-kali bukanlah </span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">semata </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">hasilnya. Sehingga dalam
setiap aktifitas apapun yang kita lakukan hendaklah dalam rangka penghambaan
penuh kita untuk bisa berakhir baik di penghujungnya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Menjadi ibu yang aktif berarti kita adalah
pribadi yang optimis </span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">dan</span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> selalu ingin menaikkan grade
untuk menjadi lebih baik, hal ini untuk menunjang kemanfaatan kita, dilakukan
dengan memperdalam tsaqofah islamiyah kita sehingga azzam yang kuat untuk menjadi
ibu yang aktif akan muncul.</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">IBU YANG RAPI</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
Rapi tidak saja secara performance,
meskipun secara fitrah seorang wanita inginnya selalu tampil cantik, menawan,
dan dikagumi. Rapi disini lebih ditekankan pada amal atau kerja, didahului
dengan niat yang ikhlas dan ihsan sehingga akan melahirkan perbuatan yang baik
dan finishingnya pun juga baik. <span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN;">Kerja
rapi yang menciptakan perbuatan baik akan berdampak kecintaan, pahala, dan
pertolongan Allah SWT.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">IBU YANG TAWAZUN /
SEIMBANG</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Untuk bisa merealisasi ibu yang Shalihat</span><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">, </span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Manfaat, Aktif, Rapi maka
harus tawazun.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="EN" style="mso-ansi-language: EN;">Secara fitrah manusia itu lurus/hanif sehingga
harus seimbang antara jasad/fisik, akal, dan hati atau ruh.</span><span lang="EN"> </span>Jasad dipenuhi dengan gizi tubuh; makanan dan kesehatan.<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> Akal dipenuhi dengan gizi </span>akal; ilmu.<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span>Ruh atau hati dipenuhi dengan gizi ruh;
dzikrullah.<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span>Apabila ketiga komponen ini seimbang
maka akan tercipta nikmat lahir batin dan tentu kita akan menjadi HAPPY MOTHER.
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Wallahu
a’lam</i></b>.</div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07380552990473048102noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-77229401535314881172014-02-09T19:07:00.002-08:002014-02-09T19:07:39.845-08:005 Kunci Menghalau Stress<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-7eLBHIT1b8Q/UvhB4_5rAwI/AAAAAAAAABI/GmcZwcZgO3w/s1600/stres.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-7eLBHIT1b8Q/UvhB4_5rAwI/AAAAAAAAABI/GmcZwcZgO3w/s1600/stres.jpeg" height="200" width="200" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">"Saya stress...!!!"</i></b>
sebagian besar dari kita sepertinya pernah mengatakan kalimat tersebut. Mungkin
di saat tugas sekolah atau kampus menumpuk, pekerjaan yang tak ada akhirnya,
pun masalah yang bertubi-tubi datang dan pergi silih berganti. Saya sendiri juga
pernah stress bahkan akhir-akhir ini datang lebih sering. Hingga pada pagi hari
ini saat saya membaca sebuah pesan dari teman, saya merasa dibangkitkan
kembali. Sayap-sayap patah saya ditopang oleh sahabat jauh lewat tulisan
sederhananya. Semoga, tulisan sederhana ini juga dapat membantu sahabat
MakaraMe di manapun berada dengan kondisi apapun yang sedang di hadapi. Karena
kita tidak pernah sendiri, Allah SWT selalu menyertai.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><u>Sumber Stress</u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apa sih sebenarnya sumber stress
kita? Karena kita jarang melibatkan Allah, Sang Sutradara. Padahal, segala
skenario hidup kita ada pada-Nya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Kita lebih banyak mengandalkan
diri sendiri, padahal ada Alloh yang paling bisa diandalkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Kaum dan tokoh yang sholih pun
berdo'a pada Alloh: jangan sekali-kali kau menyerahkan urusan ini pada diriku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Harta, jabatan, tidak cukup
untuk sukses dalam hidup.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Alloh Maha Berkehendak. Apa yang
Dia tentukan pasti baik, tidak pernah dzolim pada hambaNya. Justru manusia yang
seringkali mendzolimi diri sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Ya Hayyu ya Qoyyum, bi rohmatika
astagits wa aslihli sya'ni kullahu laa ilaahailla ant.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Serahkan urusan pada Alloh..
mikir, serahkan pada Alloh. Solusinya mungkin sulit tapi mudah karena Alloh
yang bantu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Ada contoh kasus sahabat aa gym
yang namanya kang ato, dia lumpuh namun yakin Alloh akan berikan jodoh.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagaimana mungkin?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Buat Alloh, semua hal adalah
mungkin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kuncinya adalah tawakkal, syukur
dan kerja keras.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">*Kenapa sering stress? Karena kita sering pakai topeng. Kita lebih
memikirkan pandangan orang lain daripada pandangan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Alloh.</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Bahkan ketika kita diam, Alloh
mengurus hambaNya. Tiap detik tidak ada yang terlewat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Kalau kita tau bahwa Alloh
mengatur segalanya, kenapa kita harus berharap pada makhluk??</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Harapan hanya pada Alloh, pada
makhluk jangan berharap, kita harus memberi dan berbagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*Ada yang cari jodoh??</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jangan mencari cara agar
dicintai, nanti kecewa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Maksimal aja mencintai Alloh,
insyaAllah nanti Alloh yang kasih jodohnya. Jadikan pasangan sebagai sarana
pemberat kebaikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">*Bagaimana biar di tolong Alloh?</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "MingLiU_HKSCS","serif"; mso-bidi-font-family: MingLiU_HKSCS;"></span> 5 us </b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "MingLiU_HKSCS","serif"; mso-bidi-font-family: MingLiU_HKSCS;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Hati harus tulus (Ikhlas)</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ibadah harus bagus</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Hidup harus lurus</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ikhtiar harus serius</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Taubat harus terus menerus</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">*5 Mujahadah ikhlas:</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
1. Jangan ingin diketahui orang.
Milikilah amal rahasia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
2. Jangan ingin dilihat orang
lain. Hanya ingin mendapat pandangan makhluk.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
3. Jangan ingin dipuji. Pujian
dan celaan sebenarnya sama. Namun kita lebih suka dipuji walaupun tidak sesuai
dengan kenyataan. Pujian itu membahayakan, karena rawan riya, sombong dan
merasa lebih mulia. QS. Yunus: 110.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
4. Jangan ingin dihargai. Kadang
kalau kita punya jabatan, kita cenderung ingin perlakukan spesial, padahal itu
bisa mengotori hati.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
5. Jangan ingin dibalas budi.
Lakukan, lupakan. Alloh punya catatannya, jadi jangan khawatir. Balasan yang
terbaik dari Alloh, ga pernah tertukar atau salah orang. Setiap kebaikan akan
berbalas kebaikan, sebagaimana keburukan akan berbalas keburukan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tambahan:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yaa Hayyu yaa Qayyum bi rahmatika
astaghits wa ashlihli sya'ni kullahu wa laa taqilni ilaa nafsi thorfata
'aini...</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wahai Allah yg Mahahidup dn
Berdiri sendiri, dgn rahmatMu tolonglah diriku, dn perbaikilah smua urusanku dn
jangnlah kau bebankan ke pada dirku sendiri meski hanya sekerlip mata.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri;">✅</span> Resume UI Bertauhid Bersama Aa Gym 5 Februari 2014</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Oleh: AsriAndi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
@ubayaasri</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber:</div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><a href="http://www.makarame.com/2014/02/5-kunci-menghalau-stress.html">http://www.makarame.com/2014/02/5-kunci-menghalau-stress.html</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07380552990473048102noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-13723494380662352822014-02-09T18:59:00.002-08:002014-02-09T18:59:45.037-08:00Yang Terlahir dari Kesendirian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-Dx84PA_bgBk/UvhAJq-O93I/AAAAAAAAAA8/zFVV5FFMTEk/s1600/jalan-lurus-tandus-320x213.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-Dx84PA_bgBk/UvhAJq-O93I/AAAAAAAAAA8/zFVV5FFMTEk/s1600/jalan-lurus-tandus-320x213.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu nikmat yang besar dari
Allah manakala kita termasuk dalam segolongan kecil umat manusia yang memiliki
kepedulian terhadap dakwah. Meski kontribusi kita terhadap dakwah ini teramat
belum memadai. Sehingga medan dakwah ini sebagian besar masih berupa padang
luas yang belum terjamah, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masih
ditelantarkan, padahal sebenarnya memendam potensi yang amat berharga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kepergian ini mungkin terasa
lebih berat andai kami tahu sepeninggal beliau hari-hari yang akan kami jalani
bagai tanpa keberadaan seorang murabbi. Baru dua tahun beliau sekeluarga
merintis dakwah di tempat kami, semenjak bertugas di tempat terpencil ini.
Sebenarnya kami ikut senang ketika mendengar kabar beliau mendapatkan beasiswa
untuk melanjutkan studinya. Rasa kehilangan itu pasti ada, meski sedikit
terobati oleh harapan bahwa sepeninggal beliau kelak, akan ada murabbi lain
yang menggantikannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Nyatanya tahun-tahun berlalu
sesudah kepergian beliau, kami seperti anak ayam yang ditinggal induknya. Terkadang
dalam waktu sekian bulan baru kami bisa berjumpa dengan murabbi. Dulu kami
mendapatkan kisah tentang para pendahulu kami, berjalan kaki Solo-Wonogiri pada
malam hari sekedar untuk mengikuti liqo’, namun azzam yang kami miliki tak
sebanding dengan mereka. Kadang-kadang kami masih bermalas-malasan untuk sekedar
berangkat liqo’, masih butuh orang yang tak bosan-bosan mensupport dan
menyemangati kami tuk terus berada di jalan dakwah ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tanpa keberadaan murabbi di
samping kami, satu per satu dari kami pergi meninggalkan halaqoh. Dengan
berbagai sebab, semata-mata futur, menikah, pindah domisili, atau pindah ke
harakah lain. Hingga dalam satu kecamatan ini tersisa tiga ikhwan yang
mengikuti liqo’ ditambah seorang dari kecamatan tetangga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebenarnya daerah ini tak lagi terlalu
terpencil secara geografis. Namun di balik keindahan alamnya, daerah ini
bagaikan padang tandus yang gersang bagi tumbuhnya harakah-harakah, bukan hanya
tarbiyah. Hanya satu dua orang di daerah ini yang merantau atau kuliah kemudian
bersentuhan dengan harakah-harakah itu. Kemudian kebanyakan dari mereka memilih
berdomisili, menikah atau bekerja di luar, sedang yang pulang ke kampung
halamannya, rata-rata menjadi vakum atau setidaknya semangatnya mengendur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di balik kesuburan tanahnya,
minat penduduk di daerah ini untuk menempuh pendidikan tinggi menjadi rendah.
Beberapa dekade lalu, pegawai dan guru yang mengajar di sini didominasi
pendatang dari daerah lain seperti Yogyakarta, Klaten, Kebumen, Grobogan dan
beberapa daerah yang minus. Dari daerah-daerah dimana mereka berhadapan dengan kondisi
alam yang keras dan tantangan hidup yang sulit, membuat mereka memiliki motivasi
kuat untuk menempuh pendidikan tinggi. Pernah seorang guru bercerita tentang
pengalamannya mengajar di suatu daerah yang teramat subur, kemudahan untuk
mencari penghidupan membuat siswa-siswa di sana seperti tak memiliki motivasi
belajar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Daerah ini tak sempat terkena
efek booming harakah-harakah yang terjadi di kota-kota dan kampus. Baru pada
Tahun 2007 kami kedatangan murabbi yang menetap bersama kami, halaqoh ini baru mulai
menggeliat. Menjelang Pemilu 2009 perpisahan itu terjadi. Melengkapi kepergian
orang yang membimbing kami, pada Pemilu 2009 itu kami juga kehilangan kursi di
dewan. Sebelumnya pada Pemilu 2004, kami memiliki anggota dewan yang berasal
dari eksternal, akibat kekecewaan demi kekecewaan yang kami rasakan kemudian
kami mengusung kader sendiri, dan ternyata memang belum mampu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lengkap sudah kesendirian kami,
nyaris tanpa aspirasi dan tanpa murabbi. Namun yang sebenarnya lebih mendasar
mungkin adalah ketsiqahan dan azzam kami yang masih teramat lemah, kami bukan
siapa-siapa, kami masih anak-anak yang sekedar mencoba bertahan di halaqoh ini sembari
menyaksikan teman-teman kami satu per satu berguguran dari jalan ini. Sementara
di masyarakat dakwah kami juga nyaris terhenti, beberapa masjid di desa pelosok
yang kami bantu pembangunannya, tanpa diikuti pembinaan lebih lanjut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari puing-puing yang tersisa,
semoga asa ini tetap terjaga. Dari kesendirian ini semoga menjadikan kami
sempat memungut apa yang terluput dari derap langkah saudara-saudara kami di
depan sana. Dari kesunyian ini semoga kami bisa mengais apa yang terlewatkan
dari hiruk pikuk mereka yang berada di garis depan. Sekedar menopang ketika
mereka goyah, menyisakan bekal ketika mereka kehabisan dan lelah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari ketertinggalan kami semoga
menumbuhkan keinginan untuk melangkah lebih cepat. Dari kejatuhan ini, hami
berharap terperosok pada telaga hikmah yang sempat terlewatkan oleh para
penempuh jalan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bukankah mahalnya nilai muasis
sebelum kita adalah dari kesendirian mereka. Tatkala mereka melangkahkan kaki,
memulai dari seorang diri. Tanpa memedulikan jauhnya cita yang dituju, namun
bagaimana langkah itu terus melaju. Perjalanan itu menjadi lebih bernilai
daripada apa yang diterima para pewaris kejayaan, penerima estafet kebesaran,
sekalipun mereka melangkah dalam gegap gempita.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari apa yang terlewatkan, semoga
ada sisi-sisi lain yang kami bisa lakukan, sekecil apa pun. Sekedar menjadi
kerikil kecil yang berarti, setitik debu di jalan Allah atau setetes embun di
jalan dakwah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber:</div>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><a href="http://www.dakwatuna.com/2013/12/23/43692/yang-terlahir-dari-kesendirian/">http://www.dakwatuna.com/2013/12/23/43692/yang-terlahir-dari-kesendirian/</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07380552990473048102noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2516474157068243972.post-33131821541653364202013-12-01T17:35:00.000-08:002014-02-09T19:01:11.779-08:00Kerikil Kecil yang Berarti<br />
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;"></span><br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-RqhoF4B5NaI/Upvj2MEfTWI/AAAAAAAAAAs/Opf91lneleM/s1600/kerikil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-RqhoF4B5NaI/Upvj2MEfTWI/AAAAAAAAAAs/Opf91lneleM/s1600/kerikil.jpg" /></a></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Oleh: </span><span style="color: #1f497d; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text2;"><a href="http://www.dakwatuna.com/author/kikin/" title="Profil dari Kiki Nathalia"><span style="color: #1f497d; mso-themecolor: text2; text-decoration: none; text-underline: none;">Kiki Nathalia</span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">dakwatuna.com - Berada di sini bukanlah kebetulan
semata bukan juga karena tidak disengaja, ini sudah menjadi bagian dari
skenario-Nya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Bertemu denganmu di sini sebuah kemestian, bersama
denganmu beserta dakwah ini adalah suatu keharusan, tidaklah mudah menempuh
perjalanan panjang jika hanya seorang diri, jika perjalanan yang akan dilalui
penuh dengan tantangan yang tidak pernah akan ada habisnya, perjalanan panjang
yang tidak semua orang menghendakinya, yang tidak semua orang menyukainya,
perjalanan panjang yang tidak semua orang mau berada di sana dan perjalanan
panjang yang tidak semua orang diizinkan berada di sana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Dakwah ini tidak kenal henti, dengan atau tanpa kita,
dakwah ini akan terus berjalan hingga muaranya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Dakwah ini akan terasa amat sangat berat jika dijalani
seorang diri, dakwah ini akan terasa menjadi beban berat ketika dipikul
sendiri… oleh karena itu kita dipertemukan disini, untuk saling menguatkan,
saling mengokohkan, kita berada disini menyertai orang-orang yang lebih dulu
berada disini, kita disini menjadi salah satu yang ikut serta membawa batu bata
untuk bangunan dakwah ini, harusnya kita menjadikan dakwah ini menjadi semakin
kuat dengan keberadaan kita disini, harusnya kita menjadi salah satu dari
sedikit orang yang akan bersedih jika dakwah ini berhenti disini, sekarang,
saat ini juga, mestinya kita menjadi salah satu dari sedikit orang yang akan
ikut meyumbangkan tenaga, pikiran, keringat, bahkan harta dan jiwa dijalan ini
tidak lain hanya untuk kemenangan dakwah ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Tidak inginkah kita ikut menjadi orang yang akan
tersenyum bangga ketika dakwah ini Berjaya di muka bumi?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Iya…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Tepat sekali jawaban yang selalu terucap dengan
ringannya dari lisan kita, namun beginilah fenomena saat ini kebanyakan kita
memang sadar namun kurang menyadari, peran kita di sini, saat ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Ketika yang kita harapkan adalah pujian dari manusia
semata, maka saat ini juga silakan menepi dan cukup jadi penonton, yang hanya
bisa berkomentar saja, tanpa ia sadari betapa meruginya ia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Betapa manisnya jika perjalanan ini dibalut dengan
ukhuwah yang mantab, ukhuwah yang kokoh hingga mengakar dalam jiwa, subhanallah
jika membayangkan saja sudah sangat menyejukkan, namun terkembali pada realita
yang ada kita cenderung selalu menyalahkan selalu mempertanyakan ukhuwah itu
sendiri?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Hallow ada apa?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Mengapa harus ukhuwah itu yang kita pertanyakan?
Harusnya yang berukhuwah itu yang dipahamkan…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Ketika kita berani berukhuwah, harusnya kita sudah
paham resiko yang akan dihadapi, harusnya kita mengerti konsekuensi yang akan
datang menguji ukhuwah itu sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Dalam berukhuwah pahamilah bahwa saat ini kita sedang
belajar, belajar banyak hal yang tidak kita dapatkan ketika kita tidak
berukhuwah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Jangan jadikan amanah sebagai alasan kita
mempertanyakan ukhuwah, jangan jadikan ego kita sebagai tolak ukur keberadaan
ukhuwah, jangan jadikan kelemahan dan kekurangan saudara kita sebagai alasan
kita menilai ukhuwah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Akhirnya nanti sudah mulai terlihat, akankah kita
mundur saat ini?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Hidup penuh dengan pilihan,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekarang pilihan ada di tangan kita, memilih
atau tidak juga sebuah pilihan, dan yang pasti kita akan selalu dihadapkan
dengan pilihan, pilihan dan pilihan, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka
kita tetap harus memilih ketika kita tidak menentukan pilihan maka orang lain
yang akan menentukan pilihan kita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<span style="color: black; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-font-kerning: 18.0pt; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-themecolor: text1;">Wallahualam…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="http://www.dakwatuna.com/2013/11/16/42244/kerikil-kecil-yang-berarti">http://www.dakwatuna.com/2013/11/16/42244/kerikil-kecil-yang-berarti</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07380552990473048102noreply@blogger.com1Semarang, Indonesia-7.5040888426388657 110.29176204687514-8.5118448426388653 109.00086854687514 -6.496332842638866 111.58265554687513