Oleh: Kiki Nathalia
dakwatuna.com - Berada di sini bukanlah kebetulan
semata bukan juga karena tidak disengaja, ini sudah menjadi bagian dari
skenario-Nya.
Bertemu denganmu di sini sebuah kemestian, bersama
denganmu beserta dakwah ini adalah suatu keharusan, tidaklah mudah menempuh
perjalanan panjang jika hanya seorang diri, jika perjalanan yang akan dilalui
penuh dengan tantangan yang tidak pernah akan ada habisnya, perjalanan panjang
yang tidak semua orang menghendakinya, yang tidak semua orang menyukainya,
perjalanan panjang yang tidak semua orang mau berada di sana dan perjalanan
panjang yang tidak semua orang diizinkan berada di sana.
Dakwah ini tidak kenal henti, dengan atau tanpa kita,
dakwah ini akan terus berjalan hingga muaranya.
Dakwah ini akan terasa amat sangat berat jika dijalani
seorang diri, dakwah ini akan terasa menjadi beban berat ketika dipikul
sendiri… oleh karena itu kita dipertemukan disini, untuk saling menguatkan,
saling mengokohkan, kita berada disini menyertai orang-orang yang lebih dulu
berada disini, kita disini menjadi salah satu yang ikut serta membawa batu bata
untuk bangunan dakwah ini, harusnya kita menjadikan dakwah ini menjadi semakin
kuat dengan keberadaan kita disini, harusnya kita menjadi salah satu dari
sedikit orang yang akan bersedih jika dakwah ini berhenti disini, sekarang,
saat ini juga, mestinya kita menjadi salah satu dari sedikit orang yang akan
ikut meyumbangkan tenaga, pikiran, keringat, bahkan harta dan jiwa dijalan ini
tidak lain hanya untuk kemenangan dakwah ini.
Tidak inginkah kita ikut menjadi orang yang akan
tersenyum bangga ketika dakwah ini Berjaya di muka bumi?
Iya…
Tepat sekali jawaban yang selalu terucap dengan
ringannya dari lisan kita, namun beginilah fenomena saat ini kebanyakan kita
memang sadar namun kurang menyadari, peran kita di sini, saat ini.
Ketika yang kita harapkan adalah pujian dari manusia
semata, maka saat ini juga silakan menepi dan cukup jadi penonton, yang hanya
bisa berkomentar saja, tanpa ia sadari betapa meruginya ia.
Betapa manisnya jika perjalanan ini dibalut dengan
ukhuwah yang mantab, ukhuwah yang kokoh hingga mengakar dalam jiwa, subhanallah
jika membayangkan saja sudah sangat menyejukkan, namun terkembali pada realita
yang ada kita cenderung selalu menyalahkan selalu mempertanyakan ukhuwah itu
sendiri?
Hallow ada apa?
Mengapa harus ukhuwah itu yang kita pertanyakan?
Harusnya yang berukhuwah itu yang dipahamkan…
Ketika kita berani berukhuwah, harusnya kita sudah
paham resiko yang akan dihadapi, harusnya kita mengerti konsekuensi yang akan
datang menguji ukhuwah itu sendiri.
Dalam berukhuwah pahamilah bahwa saat ini kita sedang
belajar, belajar banyak hal yang tidak kita dapatkan ketika kita tidak
berukhuwah.
Jangan jadikan amanah sebagai alasan kita
mempertanyakan ukhuwah, jangan jadikan ego kita sebagai tolak ukur keberadaan
ukhuwah, jangan jadikan kelemahan dan kekurangan saudara kita sebagai alasan
kita menilai ukhuwah.
Akhirnya nanti sudah mulai terlihat, akankah kita
mundur saat ini?
Hidup penuh dengan pilihan, sekarang pilihan ada di tangan kita, memilih
atau tidak juga sebuah pilihan, dan yang pasti kita akan selalu dihadapkan
dengan pilihan, pilihan dan pilihan, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka
kita tetap harus memilih ketika kita tidak menentukan pilihan maka orang lain
yang akan menentukan pilihan kita.
Wallahualam…