Minggu, 09 Februari 2014

Kembali Kepada Fitrah Menjadi Ibu yang Smart


Oleh: Umi Fayasa

Berlalunya moment terindah Ramadhan menghantarkan kita menjadi pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrah. Apa betul semua menjadi pribadi yang suci? Semuanya kembali kepada kita bagaimana kita menempa diri di madrasah Ramadhan dan melanjutkan hasil tarbiyah tersebut dalam kehidupan kita berikutnya. Satu hal kecil yang sering terlalai dalam ingatan kita adalah kembali untuk menjadi hamba terbaik dalam pandangan Allah, menjadi seorang ibu terbaik bagi anak-anak kita, menjadi istri terbaik suami kita, dan menjadi warga terbaik dalam perannya di masyarakat. Menjadikan rumah tangga kita menjadi lebih islami setelah tertarbiyah selama satu bulan penuh di bulan keberkahan adalah suatu hal yang layak kita wujudkan.

IBU YANG SMART ( SHALIHAT, MANFAAT, AKTIF, RAPI, TAWAZUN )

Ibu atau dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan ummi adalah seorang wanita yang mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidik serta mengajarkan anak-anaknya agar bisa membaca, menulis, berbicara, berperasaan, menjadi pusat dan tempat kembali bagi anak-anaknya dalam segala urusan.

IBU YANG SHALIHAT

Seorang ibu yang shalihat, kita berdoa agar Allah memudahkan langkah kita, adalah yang paham betul posisinya (dari sebuah taujih oleh ustadz M. Ibrohim Da`yuh). 1. Di hadapan Allah. 2. Di hadapan Rasulullah. 3. Terhadap Al Qur`an. 4. Terhadap diri sendiri. 5. Kewajiban terhadap rumahnya. 6. Kewajiban terhadap masyarakatnya. 7. Harus ber-tsaqofah islamiyah yang dalam.

Di Hadapan Allah Ta`ala

Seorang ibu shalihat mampu memosisikan dirinya di hadapan Allah sebagai seorang hamba yang pengabdi, ia sadar betul setiap kegiatan apapun yang dilakukannya adalah dalam rangka proses untuk menuju sebuah akhir yang baik, sesungguhnya masalah terbesar seorang hamba bukanlah masalah kehidupannya melainkan kematiannya. Sehingga berbekal pulang ke kampung akhirat adalah suatu sikap yang cerdas.


Di Hadapan Rasulullah SAW

Seorang ibu shalihat akan memahami bahwa mencintai Rasulullah adalah kebutuhan karena ia sangat rindu akan syafaat beliau. Sehingga akhlak kita dalam mencintai Rasulullah adalah dengan mengqudwah  perilaku maupun ucapan beliau. Membaca sirah nabawiyah untuk lebih mengenal Rasulullah adalah sebuah tuntutan.

Terhadap Al Qur`an

Dengan cara tilawah dan tadabur kemudian iltizam terhadap kandungan Al Qur`an. Setiap satu huruf dalam Al Qur`an bernilai 10 pahala dan dengan membaca Al Qur`an kita akan mendapatkan syafaat, maka kita harus mengamalkan Al Qur`an dalam kehidupan kita sehari- hari dan menjadikannya sebagai manhaj hidup kita.

Terhadap Diri Sendiri

Bekal untuk menjadi shalihat adalah dengan tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa yaitu: 1. Berbekal dengan ilmu terutama ilmu din. 2. Senantiasa berdzikir. 3. Senantiasa tadzakur dan tafakur (mengingat dan berfikir).

Kewajiban Terhadap Rumahnya (Baitiha)

Menjadikan rumah tangganya rumah tangga islami dengan persiapan: 1. Selalu menjaga kedekatannnya dengan Allah Ta`ala. 2. Selalu berusaha menambah ilmu dan ketrampilannya ( yang mutlak ada ilmu fiqih, kesehatan, dan psikologi anak). 3. Pandai mengatur waktu. 4. Menjaga hubungan baik dengan tetangga.

Ciri rumah berkah: 1. Selalu dihiasi Qiyamul lail. 2. Selalu dibacakan Al Qur`an. 3. Ada upaya untuk saling menasehati dan mengingatkan di antara anggota keluarga, sehingga ketika kita shalihat adalah suatu keniscayaan menjadikan suami kita sholih, jadi perlu kita refresh kembali bahwa tujuan nikah secara syar`i ada empat yaitu mendirikan keluarga islami, membantu kita ghodul bashar, mendapatkan keturunan sholih, dan tercipta ketenangan.

IBU YANG MANFAAT

Pribadi yang paling beruntung adalah menjadi pribadi paling manfaat. Ketika hal ini sudah melekat dalam diri kita untuk bersikap itsar atau mengutamakan kepentingan orang lain bukanlah suatu beban. Kemanfaatan yang kita berikan adalah kontribusi amal yang akan mengisi rekening kita kelak, kemanfaatan ini selain dirasakan oleh anggota keluarga juga harus diberikan kepada masyarakat, apapun bentuknya termasuk kaitannya dengan profesi yang kita geluti.
IBU YANG AKTIF
Kita hidup selalu berproses, dan proses inilah yang akan dinilai di hadapan Allah, sekali-kali bukanlah semata hasilnya. Sehingga dalam setiap aktifitas apapun yang kita lakukan hendaklah dalam rangka penghambaan penuh kita untuk bisa berakhir baik di penghujungnya.  Menjadi ibu yang aktif berarti kita adalah pribadi yang optimis dan selalu ingin menaikkan grade untuk menjadi lebih baik, hal ini untuk menunjang kemanfaatan kita, dilakukan dengan memperdalam tsaqofah islamiyah kita sehingga azzam yang kuat untuk menjadi ibu yang aktif akan muncul.

IBU YANG RAPI

Rapi tidak saja secara performance, meskipun secara fitrah seorang wanita inginnya selalu tampil cantik, menawan, dan dikagumi. Rapi disini lebih ditekankan pada amal atau kerja, didahului dengan niat yang ikhlas dan ihsan sehingga akan melahirkan perbuatan yang baik dan finishingnya pun juga baik. Kerja rapi yang menciptakan perbuatan baik akan berdampak kecintaan, pahala, dan pertolongan Allah SWT.

IBU YANG TAWAZUN / SEIMBANG

Untuk bisa merealisasi ibu yang Shalihat, Manfaat, Aktif, Rapi maka harus tawazun.  Secara fitrah manusia itu lurus/hanif sehingga harus seimbang antara jasad/fisik, akal, dan hati atau ruh. Jasad dipenuhi dengan gizi tubuh; makanan dan kesehatan. Akal dipenuhi dengan gizi akal; ilmu. Ruh atau hati dipenuhi dengan gizi ruh; dzikrullah. Apabila ketiga komponen ini seimbang maka akan tercipta nikmat lahir batin dan tentu kita akan menjadi HAPPY MOTHER. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar