Oleh: Umi
Fayasa
Berlalunya moment terindah Ramadhan menghantarkan kita menjadi
pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrah. Apa betul semua menjadi pribadi
yang suci? Semuanya kembali kepada kita bagaimana kita menempa diri di madrasah
Ramadhan dan melanjutkan hasil tarbiyah tersebut dalam kehidupan kita
berikutnya. Satu hal kecil yang sering terlalai dalam ingatan kita adalah
kembali untuk menjadi hamba terbaik dalam pandangan Allah, menjadi seorang ibu
terbaik bagi anak-anak kita, menjadi istri terbaik suami kita, dan menjadi
warga terbaik dalam perannya di masyarakat. Menjadikan
rumah tangga kita menjadi lebih islami setelah tertarbiyah selama satu bulan
penuh di bulan keberkahan adalah suatu hal yang layak kita wujudkan.
IBU YANG SMART ( SHALIHAT,
MANFAAT, AKTIF, RAPI, TAWAZUN )
Ibu
atau dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan ummi adalah seorang wanita
yang mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidik serta mengajarkan
anak-anaknya agar bisa membaca, menulis, berbicara, berperasaan, menjadi pusat
dan tempat kembali bagi anak-anaknya dalam segala urusan.
IBU YANG SHALIHAT
Seorang
ibu yang shalihat, kita berdoa agar Allah memudahkan langkah kita, adalah yang
paham betul posisinya (dari sebuah taujih oleh ustadz M. Ibrohim Da`yuh). 1. Di hadapan Allah. 2. Di hadapan Rasulullah. 3. Terhadap Al Qur`an. 4. Terhadap diri sendiri. 5. Kewajiban terhadap rumahnya. 6.
Kewajiban terhadap masyarakatnya. 7. Harus ber-tsaqofah islamiyah yang dalam.
Di Hadapan Allah Ta`ala
Seorang
ibu shalihat mampu memosisikan dirinya di hadapan Allah sebagai seorang hamba
yang pengabdi, ia sadar betul setiap kegiatan apapun yang dilakukannya adalah
dalam rangka proses untuk menuju sebuah akhir yang baik, sesungguhnya masalah
terbesar seorang hamba bukanlah masalah kehidupannya melainkan kematiannya. Sehingga berbekal pulang
ke kampung akhirat adalah suatu sikap yang cerdas.
Di Hadapan Rasulullah SAW
Seorang
ibu shalihat akan memahami bahwa mencintai Rasulullah adalah kebutuhan karena
ia sangat rindu akan syafaat beliau. Sehingga akhlak kita dalam mencintai Rasulullah adalah dengan
mengqudwah perilaku maupun ucapan
beliau. Membaca sirah nabawiyah untuk lebih mengenal Rasulullah adalah sebuah
tuntutan.
Terhadap Al Qur`an
Dengan cara tilawah dan tadabur kemudian iltizam terhadap kandungan Al Qur`an.
Setiap satu huruf dalam Al Qur`an bernilai 10 pahala dan dengan membaca Al Qur`an kita akan mendapatkan syafaat, maka kita harus mengamalkan Al Qur`an
dalam kehidupan kita sehari- hari dan menjadikannya sebagai manhaj hidup kita.
Terhadap Diri Sendiri
Bekal untuk menjadi shalihat adalah dengan tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa yaitu: 1. Berbekal dengan ilmu
terutama ilmu din. 2. Senantiasa berdzikir. 3. Senantiasa tadzakur dan tafakur (mengingat dan
berfikir).
Kewajiban Terhadap Rumahnya (Baitiha)
Menjadikan
rumah tangganya rumah tangga islami dengan persiapan: 1. Selalu menjaga
kedekatannnya dengan Allah Ta`ala. 2. Selalu berusaha menambah ilmu dan ketrampilannya ( yang mutlak ada ilmu
fiqih, kesehatan, dan psikologi anak). 3. Pandai mengatur waktu. 4. Menjaga hubungan baik dengan tetangga.
Ciri rumah berkah: 1. Selalu dihiasi Qiyamul lail. 2. Selalu dibacakan Al Qur`an. 3. Ada upaya untuk saling
menasehati dan mengingatkan di antara anggota keluarga, sehingga ketika kita shalihat
adalah suatu keniscayaan menjadikan suami kita sholih, jadi perlu kita refresh kembali bahwa tujuan nikah secara syar`i ada empat yaitu mendirikan
keluarga islami, membantu kita ghodul bashar, mendapatkan keturunan sholih, dan tercipta ketenangan.
IBU YANG MANFAAT
Pribadi yang paling beruntung adalah menjadi pribadi paling manfaat. Ketika
hal ini sudah melekat dalam diri kita untuk bersikap itsar atau mengutamakan
kepentingan orang lain bukanlah suatu beban. Kemanfaatan yang kita
berikan adalah kontribusi amal yang akan mengisi rekening kita kelak,
kemanfaatan ini selain dirasakan oleh anggota keluarga juga harus diberikan
kepada masyarakat, apapun bentuknya termasuk kaitannya dengan profesi yang kita
geluti.
IBU YANG AKTIF
Kita hidup selalu berproses, dan proses inilah yang akan dinilai di hadapan
Allah, sekali-kali bukanlah semata hasilnya. Sehingga dalam
setiap aktifitas apapun yang kita lakukan hendaklah dalam rangka penghambaan
penuh kita untuk bisa berakhir baik di penghujungnya. Menjadi ibu yang aktif berarti kita adalah
pribadi yang optimis dan selalu ingin menaikkan grade
untuk menjadi lebih baik, hal ini untuk menunjang kemanfaatan kita, dilakukan
dengan memperdalam tsaqofah islamiyah kita sehingga azzam yang kuat untuk menjadi
ibu yang aktif akan muncul.
IBU YANG RAPI
Rapi tidak saja secara performance,
meskipun secara fitrah seorang wanita inginnya selalu tampil cantik, menawan,
dan dikagumi. Rapi disini lebih ditekankan pada amal atau kerja, didahului
dengan niat yang ikhlas dan ihsan sehingga akan melahirkan perbuatan yang baik
dan finishingnya pun juga baik. Kerja
rapi yang menciptakan perbuatan baik akan berdampak kecintaan, pahala, dan
pertolongan Allah SWT.
IBU YANG TAWAZUN /
SEIMBANG
Untuk bisa merealisasi ibu yang Shalihat, Manfaat, Aktif, Rapi maka
harus tawazun. Secara fitrah manusia itu lurus/hanif sehingga
harus seimbang antara jasad/fisik, akal, dan hati atau ruh. Jasad dipenuhi dengan gizi tubuh; makanan dan kesehatan. Akal dipenuhi dengan gizi akal; ilmu. Ruh atau hati dipenuhi dengan gizi ruh;
dzikrullah. Apabila ketiga komponen ini seimbang
maka akan tercipta nikmat lahir batin dan tentu kita akan menjadi HAPPY MOTHER.
Wallahu
a’lam.